Berbagai tipe calon pelanggan berbeda yang berkomunikasi dengan kami melalui WhatsApp. Kami harus melayani dengan penuh kesabaran terutama untuk calon pelanggan yang baru merintis satu usaha. Bila boleh memilih, tentunya kami lebih menyukai berinteraksi dengan konsumen yang telah berpengalaman dalam melakukan transaksi jual beli. Golongan ini lebih memahami produk, memahahi cara bertransaksi dan lebih mudah menguasai bila kami harus menjelaskan detil tentang kebijakan perusahaan. Kadang menyenangkan, kadang juga mengesalkan dan tidak sedikit yang membingungkan. Itulah testimoni kami sebagai telemarketing dalam mengelola dan menghadapi konsumen online. Disini, kami lebih tertarik untuk berbagi kesan membingungkan saja, terutama untuk konsumen yang memaksa ingin datang berkunjung. Prinsip kami, kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit sepertinya kurang berlaku untuk calon buyer ini. Buyer seperti ini lebih memilih untuk berputar-putar mengunjungi lokasi penjual dan bertemu dahulu sebelum memutuskan untuk membeli. Padahal ini sangat merepotkan, selain waktu yang terbuang, kemacetan dijalan dan harus berdandan dahulu. Padahal bila dicermati, berkunjung atau tidak, kebijakan perusahaan akan satu produk adalah tetap, baik untuk harga, kuantiti atau waktu produksi. Andaikan kami yang harus menjadi buyer, sepertinya kami tidak perlu datang bertemu. Langkah kami yang pertama adalah bertanya-tanya dahulu baik via telepon ataupun media chatting. Kami akan menyampaikan semua pertanyaan yang bisa dilakukan tanpa tatap muka seperti harga, kuantiti, cara pembayaran, minta kirim poto produk dan lainnya. Kemudian bila kami sudah setuju minimal 90% dengan apa yang penjual jelaskan, baru kami akan melontarkan keinginan bertemu untuk memastikan kualitas produk dan melihat bonafiditas perusahaan.