Blog

Rohana

Rombongan Hanya Nanya

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan sungai jernih, hiduplah sekelompok orang yang dikenal sebagai “Rohana” – kependekan dari Rombongan Hanya Nanya. Mereka bukan sembarang rombongan, melainkan kelompok unik yang punya hobi khas: bertanya tanpa tindak lanjut. Dari pagi hingga petang, mereka berkeliling, menghampiri tetangga, pedagang, bahkan pendatang, hanya untuk melempar pertanyaan yang kadang bikin orang geleng-geleng kepala.

Pemimpin tidak resmi Rohana adalah Pak Joko, seorang pria paruh baya dengan topi caping yang selalu miring. Ia terkenal dengan pertanyaan klasiknya, “Eh, beras ini berapa harganya?” di warung Bu Marni, hanya untuk kemudian berujar, “Oh, cuma nanya doang, Bu.” Bu Marni hanya bisa tersenyum kecut, sudah terbiasa dengan kelakuan Pak Joko dan rombongannya.

Anggota Rohana lainnya tak kalah unik. Ada Mbak Sari, yang gemar bertanya resep masakan tanpa pernah mencoba memasaknya. “Buah yang pas untuk rujak apa, ya?” tanyanya suatu hari di pasar. Setelah mendapat jawaban panjang lebar, ia cuma mengangguk, lalu berlalu tanpa membeli apa-apa. Lalu ada Kang Udin, spesialis bertanya soal teknologi. “HP ini kameranya bagus nggak, sih?” tanyanya di toko elektronik, hanya untuk menutup dengan, “Wah, nanya doang, kok. Lihat-lihat dulu.”

Warga desa awalnya kesal dengan kebiasaan Rohana. Tapi lama-kelamaan, mereka mulai melihat sisi lucu dari rombongan ini. “Kalau nggak ada Rohana, desa ini terlalu sepi,” kata Bu Marni sambil tertawa. Bahkan, ada yang bilang kehadiran Rohana membuat orang lebih sabar dan belajar menjawab dengan ikhlas, meski tahu pertanyaan itu tak akan berujung pada apa-apa.

Suatu hari, Rohana kedatangan anggota baru: seorang pemuda kota bernama Dika. Ia terpesona dengan gaya hidup santai desa dan ikut bergabung dengan rombongan. Namun, Dika membawa perubahan. Ia tak hanya bertanya, tapi juga mencatat jawaban di buku kecilnya. “Kalau cuma nanya, apa gunanya? Harus ada aksi!” katanya. Perlahan, ia mengajak Rohana untuk tak hanya bertanya, tapi juga mencoba: membeli beras, memasak rujak, bahkan bikin konten tentang desa di media sosial.

Rohana pun berubah. Dari Rombongan Hanya Nanya, mereka jadi Rombongan Hasilkan Apa-Apa. Desa semakin ramai, warung Bu Marni laris, dan cerita tentang Rohana menyebar hingga ke kota. Pak Joko, yang kini tak hanya bertanya tapi juga berjualan caping, tersenyum bangga. “Ternyata, nanya itu cuma langkah awal,” katanya.

Moral dari kisah Rohana? Bertanya itu baik, tapi bertindak setelah bertanya jauh lebih berarti. Jadi, kalau kamu punya pertanyaan, jangan takut melontarkan. Tapi jangan lupa, lakukan sesuatu dengan jawabannya!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x